Senin, 28 Maret 2011

Serba Pertama Kali





Sampai usia yang kini 23 tahun, sudah ratusan momen 'pertama kali' yang saya lalui. Pertama kali belajar berdiri, kata pertama yang bisa saya ucapkan saat kecil dulu, atau hari pertama masuk sekolah. Semuanya menjadi momen yang meninggalkan jejak ketika  kini saya bisa berbicara banyak bahkan mendebat. Semua yang pertama itu menjadi pijakan saya hingga akhirnya kini bisa berjalan ke manapun bahkan melompat hingga berlari. Apapun yang pertama kali telah mengantarkan saya menjadi mahasiswa tingkat akhir dan juga berkesempatan masuk di dunia kerja.

Setiap momen pertama kali bagi saya bisa menjadi sangat spesial. Tak peduli momen itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, rasa spesialnya masih bisa saya rasakan hingga saat ini. Mungkin beberapa ada yang sudah terlupakan, namun saya memutuskan untuk mempertahankan memori tentang banyak momen pertama kali saya. Sensasi perasaan yang terasa saat melakukan suatu hal untuk yang pertama kalinya adalah sayang untuk dilupakan begitu saja. Sekedar intermezo, saya kebetulan penganut percaya pada saya bisa melupakan siapapun atau apapun, tapi tidak untuk melupakan perasaan yang pernah saya rasakan. Mungkin ini yang membuat saya kadang sukses menjadi seorang melankolis. hehe.,

Kembali bicara tentang momen pertama kali, dari ratusan kali momen pertama kali yang sudah saya lalui, saya akan bercerita tentang beberapa di antaranya yang kebetulan sedang teringat.

Dulu, saat pertama kali saya masuk sekolah dasar adalah salah satu momen favorit saya. Saat kecil dulu, saya tidak menganggap masa TK saya sebagai sekolah. Yang saya pikirkan tentang sekolah saat itu adalah buku tulis bergaris dan pensil, bukan sekedar buku bergambar atau buku latihan baca yang setiap lembarnya hanya ada 3 sampai 5 kata yang dibaca per-suku kata sampai berulang-ulang.

Saya juga tidak menganggap gedung besar dengan kolam renang di bagian belakang gedung, serta banyak arena permainan itu menjadi sekolah saya. Tiap pagi saya berangkat, saya merasa berangkat main. Bedanya saya berseragam dan sebagian waktunya saya harus duduk tenang di dalam kelas. Selebihnya, saya bermain dan bernyanyi. Dan kebetulan saya lupa saat pertama saya masuk sekolah. Ini yang membuat saya percaya bahwa ingatan saya dimulai saat usia saya 5 tahun. Ini karena kebetulan saya juga tak ingat kalau ternyata kakak saya pernah begitu protektifnya pada saya saat saya masih balita. Bahkan menurut cerita mama, kakak tidak memperbolehkan orang lain mengajak saya bermain atau hanya sekedar menggendong saya. Saya benar-benar lupa untuk yang satu itu, yang teringat masa kecil saya dengan kakak habis untuk berebut apapun.

Ini mengapa saat pertama kali saya masuk SD, saya begitu antusias. Sekarang saya kadang malu sendiri mengingat bahwa saya dulu adalah anak kecil yang ambisius dan sombong. Saya begitu bangga karena sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar di hari pertama masuk sekolah. Kebetulan saat masih TK saya ikut kakak les privat ke tetangga. Dan supaya tidak mengganggu kakak, saya pun diberi buku tulis dan pensil untuk belajar membaca dan menulsi. Bu Lis, beliaulah guru membaca saya di rumah selain mama.

Terlepas dari kesombongan masa kecil saya, rasa antusias hari pertama masuk sekolah dulu masih bisa saya rasakan sekarang. Bagaimana saking semangatnya, saya berkali-kali berteriak ‘bu guru..bu guru..saya sudah selesai menulisnya’ setiap bu guru saya membacakan sebuah kata yang harus kami tulis setelahnya. Rasa antusias masuk kelas pertama kalinya, saat saya memperkenalkan nama saya pada teman-teman kelas dan pada bu guru. Rasanya sangat bersemangat  dan yakin bahwa saya bisa melaluinya dengan sebaik-baiknya. Dan bukti antusiasme berlebihan saya, saat pulang sekolah hari pertama, tas saya sampai ketinggalan di sekolah. Sampai di rumah saya baru sadar kalau tas dan semua isinya saya tinggalkan di bangku begitu saja karena sangat tak sabar bisa ikut masuk dalam barisan antri dengan teman-teman untuk mencium tangan bu guru dan berpamitan. Dan syukurlah, itu menjadi yang pertama dan terakhir saya meninggalkan tas di sekolah. :)

Selain mengenang saat-saat pertama kali yang pernah saya alami. Saya juga senang bisa menjadi bagian dari momen pertama kali yang dialami teman saya. Beberapa di antaranya, saat saya menemani teman saya yang baru pertama kali ke candi Prambanan, pertama kali ke Borobudur, atau pertama kali nonton bioskop. Dan percayalah, saya yang sudah berkali-kali ke candi Prambanan, Borobudur, dan nonton bioskop pun mendapat energi ‘momen’ pertama kali dari teman saya, sehingga antusiasme saya pun layaknya saya mendatangi tempat-tempat itu untuk pertama kalinya.

Sudah lama sekali saya merasakan sensasi rasa antusiasme yang tinggi saat melakukan hal baru atau setidaknya terlibat pada momen pertama kali seseorang. Mungkin hari pertama masuk kerja jadi yang terakhir. Atau beberapa minggu lalu saat saya dan Ayya menemukan pantai baru yang luar biasa indah di Gunung Kidul. Atau saat pertama berkenalan dengan Pak Lurah dimana saya sedang penelitian skripsi, yang kini beliau jadi salah satu idola saya. :)

Dan kebetulan malam tadi, saya mengalami moment pertama kali lagi. Untuk pertama kalinya saya masuk studio karaoke. Antusias tentu saja, apalagi teman-teman kantor saya ini yang juga berhasil mengompori karena tau saya belum pernah main karaokean. Saya pun bernyanyi sepuas saya, dengan atau tanpa mic. Walau tak terdengar lebih keras dari suara teman-teman saya lainnya, saya merasa sudah pol-polan konsisten berteriak-teriak selama 2 jam itu. Yah, saya sebut saja berteriak karena beberapa kali saking semangatnya sampai saya tak peduli pada nada.

Rasa ketagihan akan perasaan antusias seperti ini yang membuat saya bersemangat untuk melakukan banyak hal baru lagi nanti. Dan saya percaya, momen pertama kali adalah sebuah awal. Dengan kita berani melakukan hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, minimal kita akan terhindar dari perangkap kesombongan.

Mengapa? Karena menurut saya ada banyak hal di dunia ini yang sebenarnya bisa saya lakukan, tapi ntah dengan alasan apa sehingga saya melewatkannya. Sedangkan ada banyak orang yang sudah berani memulai dan berhasil. Terlepas dari apapun itu, sekecil apapun itu, berhasil atau tidak, sepanjang itu bukan hal yang negatif, saya merasa harus menghargai ratusan momen pertama kali yang pernah saya alami. Karena besar atau kecil, momen-momen itu yang membawa saya menjadi saya yang sekarang. Selamat mencari momen pertama kali kalian.,its my firt? How about yours?

Sabtu, 26 Maret 2011

Tenang Hati Dalam GenggamanNya :)



Sang hati..ntah sejak kapan saya mulai benar-benar menyadari keberadaannya. Mungkin saat pertama saya mulai mengenal banyak rasa selain sekedar rasa senang dan sedih..mungkin sejak saya mulai paham rasa memiliki yang disusul kehilangan, rasa sayang yang kadang tak berjarak dengan benci, atau misalnya rasa terkhianati setelah percaya. Hati, kau mulai dewasa..(seharusnya)

Namun kini lihatlah dirimu..Kau mulai mudah tersakiti, mudah mengeluh, seperti lupa pada rumus rasa riang yg dulu kau kuasai.

Hati..
Harus sampai sebening apa kau agar tuanmu ini tenang? harus seluas alam kah agar pemilikmu bijak? Hati...mungkin banyak orang berpikir luasmu harus seluas samudera, tapi saya memaksamu untuk harus lebih dari itu..seluas mungkin kau bisa, jangan berhenti apalagi menyempit.

Hati..
harus serendah apa kau supaya tak ada yang tersakiti oleh tingkah pemilik tulang rusuk pelindungmu? Biarlah kau rendah, tapi Allah meninggikanmu atas dasar taqwa.Hati..harus sekuat apakah hingga sang pemilikmu bisa selamat dari penyakit-penyakit rasa yang ada?

Hati..
ntah harus sebesar apa kau tumbuh agar tuanmu menguasai kitab ikhlas hingga akhir hayatnya. Hati...pelajarilah semua rasa yang telah sempat kau rasa selama hidup, jangan lelah belajar, jangan menyesal apalagi menyerah..

Mungkin si otak sudah banyak belajar, terasah sejak kecil dan kini pun ia bisa berpikir dengan lebih baik. Apakah karena si hati dulu tak ikut masuk kelas, sehingga pertumbuhannya lambat? hingga kerjamu kadang tak ubahnya anak kecil yang terperangkap dalam fisik dan otak yang terus menua..

Keluhan hati seperti tak pernah berujung, semakin tua kau hanya lihai merasakan rasa sedih dan kecewa. Mulai lupa pada rumus kebahagiaan yang sebenarnya..
Tuhan..
diri saya ini adalah milikMu seutuhnya. Pun saya kembalikan hati ini, memasrahkannya pada sang Maha Memiliki..Saya akan berjalan dengan hati yang Kau genggam Ya Rabb, yang Kau Ridhoi..Itu lebih dari cukup.. Alhamdulillah :)


Rabu, 23 Maret 2011

Kami Bagai Bumi dan Langit :)

Perbedaan kami begitu besar, bagai bumi dan langit yang tak mungkin bersatu. Terlalu jauh jaraknya..Sudut yang mempertemukannya hanya mitos. Bahkan lengkungan pelangi tak pernah benar-benar menjangkau bumi. Semua yang berawal dari bumi akan kembali ke bumi. Dan semua yang muncul dari langit, pun akan lenyap di atas sana, searah dengan rotasinya.

Bumi dan langit adalah dua ruang dengan kemasing-masingannya. Mereka memiliki bahasa yang berbeda, punya lantunan doa yang tak sama. Bumi dengan gravitasinya terbiasa diinjak, dan di atas sana langit bangga karena tak pernah tergapai. Bahkan manusia menciptakan sosok jack dan pohon kacang raksasanya untuk berkhayal tentang menggapai langit.

Yang bisa menyatukan bumi dan langit hanya khayal dan mitos buatan manusia. Dongeng sebelum tidur pun ditulis agar saat tertidur akan bermimpi menggapai langit dalam arti sebenarnya.

Namun sesaat teringat akan seorang teman pecinta hujan. Bagaimana ia bercerita tentang pesan langit yang disampaikan kepada bumi lewat hujan, bagaimana bumi menerima hujan sebagai berkah. Itu artinya bahkan jarak bumi dan langit bukannya tak terhingga.  Keduanya memang berjauhan, tapi menemukan cara yang penuh berkah (hujan) untuk menyampaikan manfaatnya.

Dan beberapa bulan kemudian, saya menerima pesan berikut:

Kebijaksanaan Illahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya.

Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang dijatuhkan oleh langit.  Jika bumi kekurangan panas, maka langit mengirimkan panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembapan, langit memulihkannya. Langit memayungi bumi layaknya seorang suami yang menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan.

Syair Jallaludin Rumi (dalam serial Cinta Anis Matta)

Kemudian hari ini, saya tak akan lagi memakai analogi bumi dan langit untuk menjelaskan tentang ketidakmungkinan.

Saya akan mengingat bagaimana langit menyiramkan hujannya pada bumi, bagaimana langit memberikan sedikit awannya untuk melindungi bumi dari terik, bagaimana langit memberikan lembabnya agar bumi tetap hidup, dan bagaimana langit melengkapi bumi.


Akhirnya saya setuju, dirinya dan saya memang bagaikan langit dan bumi. Dia langit dan saya adalah bumi :)

Senin, 21 Maret 2011

Kebebasan Perlu Batas





Ini tentang bagaimana sulitnya mengendalikan lisan *sambil berkaca diri >.<.

Sederhana saja, seperti kata pepatah mulutmu harimaumu, dan masih banyak istilah yang mencerminkan betapa lisan bisa menjadi kerugian (baik untuk pengucap atau pendengar) jika tak dibarengi dengan niat baik dan kedewasaan.

Pagi ini menemukan artikel bagus, di tengah kegalauan saya tentang pendidikan Indonesia *lihat note sebelumnya dan twit2 pagi ini, saya disadarkan bahwa masih banyak orang yang beropini tentang apapun tanpa mempertimbangkan manfaat dan mudaratnya. Beberapa orang saat ini memanfaatkan kebebasan media komunikasi yang ada dengan sebesar-besarnya sampai lupa pada tanggungjawabnya. Semakin kita dipercaya memiliki kebebasan, bukankah tanggung jawabnya pun semakin besar. Kebebasan tanpa batasan, hanya akan menjadi lumut  yang tumbuh tak beraturan, licin, dan akan mudah untuk terpeleset *okey, analogi lumut saya memang kacau. Tapi saya masih yakin, kebebasan yang tak terbatas hanya akan menjatuhkan.

Hanya sebagai usaha saya memperpanjang manfaat dari artikel ini, yang berjudul  CIRI-CIRI KEBAIKAN ISLAM SESEORANG.

Artikel ini berdasar pada hadist dan AlQuran (manalagi kebenaran yang akan kita percaya selain dari padaNya). Di sisi lain menurut saya artikel ini bisa diimplementasikan secara universal. Semoga bermanfaat ;) 


  
CIRI-CIRI KEBAIKAN ISLAM SESEORANG

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.”
(H.R.Tirmidzi dan yang lainnya)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan dalam kitab Al Arba’in bahwa hadits ini derajatnya hasan. Syaikh Salim Al Hilali menyatakan dalam buku “Shahih Al Adzkar wa Dhaifuhu” hadits ini shahih lighairihi… Kesimpulannya hadits ini benar adanya dari Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah (wafat tahun 795 H) mengatakan:
“Hadits ini merupakan fondasi yang sangat agung dari fondasi-fondasi adab.”

Beliau juga menyatakan pula tentang pengertian hadits ini:
“Sesungguhnya barangsiapa yang baik keislamannya, pasti ia meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting baginya, ucapan dan perbuatan dia terbatas dalam hal yang penting baginya.” (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Standar penting di sini bukan menurut rasa atau rasio kita yang tidak lepas dari pengaruh hawa nafsu, akan tetapi berdasarkan tuntunan syari’at Islam.

Termasuk meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting adalah meninggalkan hal-hal yang haram, atau yang masih samar, atau sesuatu yang makruh, bahkan berlebihan dalam perkara-perkara yang mubah sekalipun apabila tidak dibutuhkan, termasuk kategori hal-hal yang tidak penting.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan pula:
“Kebanyakan pendapat yang ada tentang maksud meninggalkan apa-apa yang tidak penting adalah menjaga lisan dari ucapan yang tidak berguna sebagaimana disebutkan oleh Allah :
“Tidaklah seorang mengucapkan satu ucapan, kecuali padanya ada malaikat yang mengawasi dan mencatat.” (Surat Qaaf: 18)



Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang membandingkan antara ucapan dan perbuatannya, tentu ia akan sedikit berbicara, kecuali dalam hal-hal yang penting.”

Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab Al Adzkar:
“Ketahuilah, sesungguhnya setiap mukallaf (muslim) diharuskan menjaga lisannya dari segala ucapan, kecuali yang mengandung maslahat. Apabila sama maslahatnya, baik ia berbicara atau diam, maka sunnah untuk menahannya, karena kata-kata yang mubah dapat mengakibatkan akhirnya kepada yang haram atau makruh, dan ini yang seringkali terjadi pada umumnya, padahal mencari keselamatan itu tak ada bandingannya.”

Artinya mencari keselamatan itu sangat penting sekali.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah (wafat tahun 751 H) berkata:
“Menjaga lisan adalah agar jangan sampai seseorang mengucapkan kata-kata yang sia-sia, apabila ia berkata hendaklah berkata yang diharapkan terdapat padanya keuntungan padanya dan manfaat bagi dien (agama)nya. Apabila ia akan berbicara hendaklah ia pikirkan, apakah dalam ucapan yang akan ia keluarkan terdapat manfaat dan keuntungan atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah ia diam, apabila bermanfaat hendaklah ia pikirkan lagi, adakah kata-kata yang lebih bermanfaat atau tidak? Supaya ia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan yang pertama.” (Dinukil dari kitab Ad Da’u wad Dawa’)

Selanjutnya beliau juga mengatakan dalam kitab yang sama:
“Adalah sangat mengherankan bahwa manusia mudah sekali untuk menghindari dari memakan barang yang haram, berbuat zhalim, berzina, mencuri, minum-minuman keras, memandang pandangan yang diharamkan, dan lain sebagainya, tetapi sulit untuk menjaga gerakan lisannya, sampai-sampai seseorang yang dipandang sebagai ahli agama, zuhud, gemar ibadah, tetapi dia berbicara dengan ucapan yang membuat Allah murka padanya, disebabkan ucapannya tersebut tanpa ia sangka-sangka menyebabkan ia terjerumus ke neraka jahannam lebih jauh antara jarak timur dan barat. Betapa banyak orang yang demikian yang engkau lihat dalam hal wara’, meninggalkan kekejian dan kezhaliman, tetapi lisannya diumbar ke sana kemari menodai kehormatan orang-orang yang hidup dan yang telah meninggal dunia, tanpa mempedulikan akibat dari kata-kata yang diucapkannya.”


Ancaman yang disebutkan tadi berasal dari sabda Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata, ia tidak memikirkan (apakah baik atau buruk) di dalamnya, maka ia tergelincir disebabkan kata-kata itu, ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat.” (Muttafaq alaihi)

Terakhir sebagai penutup marilah kita simak nasehat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin hafizhahullah yang diringkas dari karyanya Syarah Riyadhus Shalihin:
“Seorang muslim apabila ia ingin baik keislamannya, maka hendaklah ia meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.

Contoh: Apabila engkau bingung terhadap suatu amalan, apakah engkau kerjakan atau tidak? Lihatlah amalan itu apakah penting untukmu dalam hal dien dan dunia atau tidak penting?
Jika penting maka lakukanlah, kalau tidak maka tinggalkanlah, karena keselamatan itu harus lebih diutamakan.

Begitulah, janganlah engkau ikut campur dengan urusan orang lain, jika kamu tidak memiliki kepentingan dengannya, tidak seperti yang dilakukan oleh sebagian manusia pada hari ini berupa rasa ingin tahu terhadap urusan orang lain, apabila ada dua orang yang sedang berbincang-bincang, maka engkau datangi keduanya, ingin tahu apa yang sedang diucapkan oleh mereka berdua, atau terkadang mengutus orang lain untuk mendengarkannya.

Contoh yang lain, jika engkau berjumpa dengan orang lain, engkau bertanya kepadanya, “Darimana kamu?”, “Apa yang dikatakan si fulan kepadamu?”, “Apa yang kamu katakan kepadanya?”, dan lain-lain sebagainya dari perkara-perkara yang tidak penting, dan tidak ada faedahnya, bahkan ia menyia-nyiakan waktu, membuat hati gelisah, dan mengacaukan pikirannya serta menyia-nyiakan kebanyakan dari perkara-perkara penting dan bermanfaat. Engkau dapatkan seorang yang dinamis, aktif dalam beramal, memiliki perhatian penuh terhadap kebaikan bagi dirinya dan hal-hal yang bermanfaat baginya, maka engkau dapatkan dia sebagai orang yang produktif.

Maka kesimpulannya, jika engkau ingin melakukan atau meninggalkan suatu pekerjaan, perhatikanlah! Apakah hal itu penting bagimu atau tidak? Jika tidak penting, maka tinggalkanlah. Apabila penting, maka kerjakanlah sesuai dengan prioritasnya. Begitulah manusia yang berakal, ia sangat perhatian dengan amal kebaikan sebagai persiapan menghadapi kematian, dan dia selalu menginstropeksi diri terhadap amal-amalnya selama ini.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua.”

al Faqiir ilallaah

f.g.a.



Artikel ini bisa dibaca juga di http://kembanganggrek.com/

Selamat pagi :)


Rabu, 09 Maret 2011

Takutku PadaMu..

Aku takut, tak lagi takut.

Sebelumnya mungkin aku bangga ketika keberanianku tak terbatas. Berharap bisa dengan berani mengembangkan diriku seluas-luasnya. Berani menghadapi apapun yang di depanku, berani memikirkan apapun, berani bertemu dengan siapapun, dan berani mengatakan apapun yang ingin kukatakan. Dengan berani, aku tak lagi takut pada rasa sakit dan sedih. Seperti kata Kartini di salah satu surat kebebasannya, tiga perempat dunia ini akan dikuasai oleh orang-orang pemberani. Dengan ini, bekalku hanya keberanian dan akal.

Sebagian akal yang membuatku merasa sempurna. Kupastikan aku akan baik-baik saja jika aku berani. Tidak akan ada yang berani menggangguku, tidak akan ada yang mampu membuatku jatuh dengan mudah, dan tidak akan ada yang membuatku lemah. Karena aku berani.



Namun, seseorang membuatku takut dengan semua keberanianku. Mengatakan betapa menakutkannya ketika hilang rasa takut dari diri kita. Terbayang betapa sombong dan menyebalkannya ketika tak mau mengakui ketakutan kita. Sesaat itu aku tak punya pembenaran. Sampai sekarangpun tidak. Membayangkannya memang mengerikan, seorang biasa yang tak mau mengakui ketakutannya. Hanya ingin terlihat berani setiap saat.



Saat ini, berusaha kuurai lagi ketakutan-ketakutan yang selama ini tak kuakui. Terus menerus kuingkari hanya untuk dapat menakhlukkan dunia. Aku tetap butuh rasa takut agar aku bisa mengendalikan dunia dengan tetap mengendalikan diriku. Karena yang tak terbatas adalah pasti sesuatu yang tak beradab, tak berasa, dan beretika. Ketika sebuah rasa takut menjadi kekuatan, sebuah hati akan menjadi anggun dan bijak. Bijak karena ia cerdas memilah antara yang perlu dan tak perlu, antara yang bermanfaat dan mudarat. Karena ia sadar dirinya bukan yang terhebat, ada yang Maha Hebat di dalam hatinya. Allah..

Chat With Sukma

Ini blog biasa, dengan misi sederhana..menulis sajalah. Semoga bermanfaat....=)