Rabu, 23 Maret 2011

Kami Bagai Bumi dan Langit :)

Perbedaan kami begitu besar, bagai bumi dan langit yang tak mungkin bersatu. Terlalu jauh jaraknya..Sudut yang mempertemukannya hanya mitos. Bahkan lengkungan pelangi tak pernah benar-benar menjangkau bumi. Semua yang berawal dari bumi akan kembali ke bumi. Dan semua yang muncul dari langit, pun akan lenyap di atas sana, searah dengan rotasinya.

Bumi dan langit adalah dua ruang dengan kemasing-masingannya. Mereka memiliki bahasa yang berbeda, punya lantunan doa yang tak sama. Bumi dengan gravitasinya terbiasa diinjak, dan di atas sana langit bangga karena tak pernah tergapai. Bahkan manusia menciptakan sosok jack dan pohon kacang raksasanya untuk berkhayal tentang menggapai langit.

Yang bisa menyatukan bumi dan langit hanya khayal dan mitos buatan manusia. Dongeng sebelum tidur pun ditulis agar saat tertidur akan bermimpi menggapai langit dalam arti sebenarnya.

Namun sesaat teringat akan seorang teman pecinta hujan. Bagaimana ia bercerita tentang pesan langit yang disampaikan kepada bumi lewat hujan, bagaimana bumi menerima hujan sebagai berkah. Itu artinya bahkan jarak bumi dan langit bukannya tak terhingga.  Keduanya memang berjauhan, tapi menemukan cara yang penuh berkah (hujan) untuk menyampaikan manfaatnya.

Dan beberapa bulan kemudian, saya menerima pesan berikut:

Kebijaksanaan Illahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya.

Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang dijatuhkan oleh langit.  Jika bumi kekurangan panas, maka langit mengirimkan panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembapan, langit memulihkannya. Langit memayungi bumi layaknya seorang suami yang menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan.

Syair Jallaludin Rumi (dalam serial Cinta Anis Matta)

Kemudian hari ini, saya tak akan lagi memakai analogi bumi dan langit untuk menjelaskan tentang ketidakmungkinan.

Saya akan mengingat bagaimana langit menyiramkan hujannya pada bumi, bagaimana langit memberikan sedikit awannya untuk melindungi bumi dari terik, bagaimana langit memberikan lembabnya agar bumi tetap hidup, dan bagaimana langit melengkapi bumi.


Akhirnya saya setuju, dirinya dan saya memang bagaikan langit dan bumi. Dia langit dan saya adalah bumi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chat With Sukma

Ini blog biasa, dengan misi sederhana..menulis sajalah. Semoga bermanfaat....=)