Mengerti, paham atau semacamnya seperti sebuah kata klise yang ternyata begitu rumit untuk dijabarkan. Atau lebih tepatnya kujabarkan. Apalagi untuk dipahami. Apalagi ketika ada dua manusia yang sedang berusaha untuk saling mengerti, itu berarti ada dua paham tentang pengertian yang akan bertarung. Jadi begitu rumit, menurutku.
Suatu saat aku bilang, mengertilah aku..di saat bersamaan kamu berkata, kenapa bukan kamu yang mengerti aku. Atau ketika aku ingin dibuat mengerti, tapi kamu merasa tak perlu membuatku mengerti. Kuanggap dia sedang tak peduli denganku..lalu kubilang, kenapa kamu tdk mengerti perasaanku yang ingin dibuat tenang olehmu?
Okey, aku sedang membuat rumit hanya dengan sebuah kata 'pengertian'. Baiklah, akan aku coba menyederhanakannya, cobalah berpikir jika kamu menjadi aku. Atau aku akan berpikir jika menjadi kamu. Seperti itulah pengertian akan terwujud, mungkin seperti itulah awalnya kita bisa saling mengerti, saling menjaga perasaan. Karena kita sama-sama tak ingin sakit dan menyakiti.
Sayangku,aku sepenuhnya sadar bahwa kita berbeda seluruhnya. Mulai dari kita memang perempuan dan lelaki. Punya kromosom yang berbeda, menjadi awal dari segala perbedaan selanjutnya. Lalu latar belakang yang luar biasa berbeda, dan apapun yang membentuk pribadi kita adalah juga perbedaan yang tak bisa dipungkiri. Wajar kalau sudut penglihatan kita tentang sebuah kata ‘pengertian’ menjadi berbeda. Pada akhirnya aku hanya bersyukur dengan seluruh perbedaan ini yang tidak mungkin membuatnya simetris. Simetris mungkin akan hanya akan menjemukan keduanya. Atau hanya akan menimbulkan perang kompetisi karena tak ada beda. Kupikir, seharusnya semua beda ini membuat kita belajar mengerti.
Kini aku mengerti ke mana arah perbedaan ini kau arahkan. Kamu sedang mengajakku untuk simetris, sedangkan aku berada di beberapa langkah di belakangmu. Dan kamu ingin saat ini juga aku menjelma menjadi cerminan pola pikirmu. Aku tak mampu, bukan karena menganggapmu tidak benar. Aku mengagumimu, tapi tak bisa menjelma menjadi persis dirimu. Aku sedang menyelaraskan diriku denganmu. Tapi waktuku sudah habis. Bahkan aku tak sadar waktuku sudah habis, tanpa tanda darimu. Sekali lagi memasrahkan perasaan padamu ini pada-Nya, dan bukan padamu.
Sampai sekarang, masih mensyukurimu, mensyukuri karakter kita masing-masing, mensyukuri usaha kita selama ini untuk beriringan, mensyukuri waktu dan pelajaran berharga denganmu.
*dan kali ini...
Waktu kita masih banyak. Tapi bukan untuk kita habiskan berdua. Kau dengan dirimu, dan aku dengan diriku. Masing-masing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Chat With Sukma
Ini blog biasa, dengan misi sederhana..menulis sajalah. Semoga bermanfaat....=)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar