Jumat, 28 Oktober 2011

Menyentuh Langit Bersama Ibu


Malam sudah larut, tapi Kinan masih belum tampak mengantuk. Gadis kecil 5 tahun itu malah bertanya ini itu tentang dongeng yang ayah ceritakan.

Ayah yang mulai kehabisan cerita akhirnya memanggil ibu.

"Bu.. Kinan masih belum merem juga nih..," keluh ayah sambil mengusap-usap dahi anaknya. Ayah duduk di ranjang memandangi Kinan yang meringis lalu merengek, "Kinan mau dongeng lagi yah,"

"Sama ibu ya Nak, ayah kok rasanya lelah sekali," ayah memandang anaknya dengan pandangan lelah.

"hehe..mata Ayah merah," gadis kecil ini pun mengangguk.

Ibu yang dari tadi berdiri di ujung pintu kamar akhirnya mendekati ranjang kecil anaknya. Ibu duduk di sebelah Kinan lalu memijit pelan kaki gadis kecilnya yang sedang manja itu, lalu berkata pada ayah, "Istirahatlah yah.."

Si ayah mengangguk, mengecup mata mungil Kinan, lalu sebentar diusap lembut kepala istrinya dan kemudian ayah keluar dari kamar.

Kinan tersenyum manja pada ibunya.
"Ibu, punya dongeng baru?" ia bertanya penuh harap sambil memeluk guling kesayangannya.

"Kita ngobrol dengan langit saja yuk," kata ibu sambil membuka jendela yang ada persisi di sisi ranjang.

Kinan bingung, tapi mengangguk.

Ibu menyibakkan tirai jendela lebih lebar agar langit bisa terlihat luas. Lalu ia merebahkan tubuhnya di sebelah sang anak yang langsung merapatkan tubuh kecilnya ke tubuhnya. Dipeluknya Kinan dari belakang. Kini keduanya melihat langit malam yang berbulan sabit dan penuh bertabur bintang.


"Lihatlah Nak, betapa bulan dan bintang terlihat sangat indah dari sini," ibu menatap langit sambil terus mengusap lembut lengan Kinan.

Kinan menoleh cepat ke wajah ibu, lalu mengikuti arah pandangan ibu ke langit. "Iya bu..indah..," gadis kecil itu pun mengangkat tangannya seperti ingin menggapai benda-benda langit yg terlihat.
"Tapi kenapa mereka sangat jauh Bu, Kinan tak bisa pegang..Kinan ingin pegang mereka Bu."

Ibu tersenyum. "Iya, mereka jauh Nak..harus belajar yang rajin dulu, lalu jadi astronot, biar nanti Kinan cantik bisa terbang ke bulan."

"Kalau mau bertemu bulan harus jadi astronot ya, Bu? Tita-cita Kinan kan ingin jadi guru," tangan Kinan masih menggapai-gapai bintang.

Ibu tersenyum dan berkata, "Sekarang pun Kinan bisa memegang mereka."
Ibu lalu ikut mengulurkan tangannya ke atas lalu menekuk jemarinya mengikuti bentuk bulan sabit.
"Nah, ibu sudah memegang bulan sabitnya. Ke sini, mana tangan Kinan?"


Ibu menyesuaikan sudut pandangnya dengan sudut pandang si anak. Setelah merasa sudut pandangnya sama, ibu menuntun tangan mungil anaknya ke tangannya yang telah memegang bulan sabit.
"Lihat, Kinan sekarang sudah memegang bulan sabit," bisik ibu.

Sambil menahan tangannya di bulan sabit, Kinan menoleh sebentar pada ibu dan tersenyum lebar.

"Iya Bu, sudah Kinan pegang!" Kinan menjejakkan kaki saking senangnya.

Ibu pelan-pelan menarik tangan buah hatinya dari bulan sabit kembali ke dekapannya.

Sambil memeluk tubuh kecil Kinan, ibu berkata pelan setengah berbisik ke telinga anaknya.

"Nak, kau bisa merasakan keindahan bulan dan bintang dari sini. Kau bahkan tak perlu menyentuh mereka untuk bisa merasakan keindahannya. Mereka jauh, tapi keindahannya begitu kuat sehingga bisa menjangkau Kinan, di mana pun Kinan berada."

"Seperti ayah dan ibu yang tak mungkin bisa bersama Kinan selamanya. Tapi kasih sayang kami begitu kuat, sehingga walaupun tak bisa bersentuhan, cinta kami akan menjangkaumu, Nak. Di mana pun Kinan berada."

Kinan menoleh ke ibunya dengan wajah penuh tanya.


Ibu memandang mata anak semata wayangnya lekat-lekat dan menangkap kebingungan si anak.
"Doa Nak, doa lah yang akan mengantarkan cinta ke mana pun dan kepada siapa pun."



"He em," Kinan mengangguk kuat.

Tangan kecilnya menengadah lalu terlantun, "Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa..amiiin..."
(red. Ya Tuhanku.. Ampunilah aku, ibu ayahku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mengasihi aku saat kecil)

Ibu pun merengkuh tubuh kecil Kinan, lalu berbisik dalam hati, "soleh dan doamu lah Nak, yang akan mengantarkan ibu dan ayah kepada keindahan hakiki."


*dalam rangka bersyukur menjadi anakmu, Mah..Tah..*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chat With Sukma

Ini blog biasa, dengan misi sederhana..menulis sajalah. Semoga bermanfaat....=)